Manis, Asem, Asin Invitasi Kejurlat DIY

Manis, Asem, Asin Invitasi Kejurlat DIY

        Tidak diragukan lagi Kejurlat yang telah terlaksana 14-15 Februari 2015 kemarin sangat membekas bagi seluruh peserta, panitia maupun wasit jurinya. Tak terkecuali bagi Eka Dewi, salah satu anggota MP UGM. Berikut ceritanya.. 🙂

       Invitasi Kejurlat  Invitasi Kejurlat merpati putih se-DIY 2015 kali ini cukup spesial. Pelaksaan yang diadakan di UGM membantuku untuk belajar banyak hal. Dengan kejurlat aku bisa belajar berprestasi, dan belajar kepanitiaan. Selain itu aku bisa belajar memahami karakteristik orang lain saat bekerja, dan membangun sikap kerjasama dalam kelompok.

           Hal yang menarik dari kejurlat merupakan wadah dan fasilitas untuk show up siapa diri kita sebenarnya. Mengukur seberapa jauh kemampuan kita, dan yang paling penting adalah ajang untuk berprestasi. Yaa dengan kata lain untuk koleksi medali maupun tropi untuk pajangan di kamar kos.

         Kalimat yang pas untuk kejurlat kali ini adalah 2 hari lebih dekat dengan para senior alias wasit juri. Ajang yang pas untuk berkumpul bersama anggota MP UGM. Momen yang tepat untuk mendukung satu sama lain dalam berprestasi. Dalam kepanitiaan kita bisa membantu satu sama lain agar kejurlat bisa berjalan dengan sukses. Selain itu di sini aku bisa mengenal teman-teman dari 15 kolat lain. Kejurlat ini juga yang menjadi topik untuk membangun komunikasi dengan para alumni.

         Menjadi panitia dalam kejurlat banyak manis, asem, dan asinnya. Kenapa manis, asem dan asin? Karena rasa yang berbeda akan membuat masakan lebih nikmat, (katanya). Di tulisan ini, aku akan menceritakan sedikit kebahagiaan dan keluh kesahku sebagai panitia.

      Panitia kejurlat merupakan poros kegiatan ini. Hal penting dalam sebuah kegiatan adalah kepanitiaannya. Tanpa panitia, kegiatan ini tidak akan berjalan dengan baik. Dari awal pembentukan panitia, kita menyiapkan segala persiapan yang matang untuk kejurlat ini. Mulai dari konsumsi, pendaftaran, acara, pertandingan, perlengkapan, semua sudah rencanakan. Posisiku di kepanitiaan ini adalah sebagai kesekertariatan, atau biasa disebut dengan KSK.

             Teman setia dari sie KSK adalah kertas-kertas pendaftaran. Tiap malam kertas-kertas itu selalu minta direkap datanya. Cukup pusing memang. Ketika yang lain sibuk mempersiapkan diri untuk kejuaraan, tim sigap KSK selalu berurusan dengan banyak kertas pendaftaran ini. Kadang timbul rasa iri dengan yang lain. Tapi, inilah tanggung jawab para KSK. Begitu juga pada saat yang lain bertanding, suporteran, tim KSK cuma bisa menonton dari kejauhan sambil bekerja ngurusin sertifikat. #DiSituKadangSayaMerasaSyedih

            Bukan hanya tentang asamnya saja. Di KSK banyak hal-hal manisnya juga. Team KSK yang kece, yang selalu bekerja keras, dan bertanggung jawab membuatku salut kepada mereka. Membuatku termotivasi untuk bekerja keras juga. Keuntungan lain di sie KSK juga cukup banyak. Salah satunya adalah bisa kepoin para atlit dari formulir pendaftarannya J. Menarik bukan? Modus dikit gak papalah..

            Di kejurlat ini aku juga mencoba untuk berprestasi. Mengikuti salah satu kategori yaitu kategori power. Kategori power merupakan kategori pematahan dengan 5 teknik pematahan yang berbeda. Kenapa harus power? Kan ada seni? Ada tanding? Alasan pertama adalah aku belum bisa gerakan seni tunggal. Aku tipe orang yang masih kaku dalam gerakan silat. Kenapa tidak fight? Karena aku juga nggak bisa berantem, hehe

            Di kejurlat kali ini kategori power putri balik hanya diikuti oleh tiga orang peserta. Itupun juga dari Sleman. Dua dari UGM, satu dari UII. Hanya dengan tiga peserta, maka kita berhak mendapatkan juara semua. Padahal dari kategori power putra dasar diikuti oleh sepuluh peserta. Kategori power putra balik diikuti oleh lima peserta.

            Di kejurlat ini memang kali keduaku mengikuti kategori power. Setelah pulang tanpa membawa kemenangan dari IPB Open, aku mencoba untuk berprestasi kembali di sini. Hasil pematahan putra dasar, juara satu berhasil mematahkan ketiga teknik dengan waktu tercepat. Di kategori power putra balik, peserta terakhir berhasil membawa tropi. Dia mematahkan dua beton dengan teknik punggung siku, dua rangkap beton dengan teknik cecakan, satu beton dengan teknik sodokan, dan dua stang dragon dengan teknik tebangan bawah.

            Saat kategori power putri balik, aku menjadi peserta yang pertama pematahan. Tapi sayang, aku gagal. Begitu juga dengan peserta kedua dan ketiga. Dari kita tidak ada yang bisa mematahkan beton-beton itu maupun dragon yang ada. Saat keputusasaan mulai menghampiri, ada pengulangan pematahan. Kesempatan kedua yang langka. Alhamdulillah aku berhasil mematahkan beton dengan teknik cecakan dan mematahkan dragon dengan teknik tebangan bawah. Peserta ketiga juga berhasil mematahkan beton dan dragon dengan teknik yang sama sepertiku. Tapi, aku lebih cepat beberapa detik dari dia. Alhamdulillah, aku dapat membawa kemenanganku yang dulu sempat tertinggal.

            Pelajaran yang aku dapatkan dari kepanitiaan kejurlat ini adalah setiap orang perlu penyesuaian diri dalam bekerja, jika kita tidak mendapatkan pekerjaan yang kita cintai, maka kita harus mencintai pekerjaan yang kita dapatkan. Sedangkan sebagai peserta hal yang dapat aku pelajari adalah pengalaman bukan dinilai dari lamanya melakukan suatu hal. Namun, dari seberapa banyak menarik pelajaran dari apa yang sudah kita alami.

 

Categories: Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.